Hai temen-temen! Apa kabar semuanya?
Gimana nih quarantine nya? Pasti udah kenyang banget ya hehe. Di situasi
pandemi seperti sekarang ini pasti sering ngerasa bosen. Kenapa saya bilang begitu?
Karena itulah yang saya rasakan saat ini. Awalnya sih gi main Instagram. Pas saya
refresh, ada kiriman terbaru dari Official Artapela. Dan pas saya liat
kirimannya, ternyata ada give away gitu. Dan pas saya baca give away nya yaitu
"Daptkan 5 buku Manajemen Pendakian, untuk 5 orang yang bikin
Cerpen/Carper (catatan perjalanan) ketika mendaki ke Gunung Artapela. Untuk
cerpen terbaik akan mendapatkan free buku manajemen pendakian gunung".
Dari awal baca,
saya udah tertarik banget. Pertama, hobi aku emang nulis. Kaya cerpen, puisi,
dan karangan lainnya. Kedua, pas liat give away itu emang langsung tertarik
aja, apalagi liat hadiahnya. Buku Manajemen Pendakian, ga menarik gimana coba.
Disitu saya langsung berniat untuk ikut give away itu. Emang kebetulan juga saya
pernah muncak ke Gunung Artapela.
Saya mulai cerita dari awal perencanaan.
Jadi, waktu smp pas disekolah saya diajak
teman untuk mendaki ke Gunung Artapela. Awalnya pas denger, kurang
tertarik. Pertama, karena emang saya belum pernah muncak jadi kaya kurang
tertarik aja. Kedua, saya gak berani aja minta izin ke orang tua buat pergi
muncak kaya gitu.
Setelah itu, saya
pulang ke rumah. Terus saya mengingat obrolan tadi di sekolah. Dan saya
penasaran tentang Gunung Artapela. Saya langsung cari tau ke google. Saya
langsung liat "images". Pas liat wahhh keren banget. Gak sampe
disitu, Saya juga mencari tau ke instagram. Dan search "Artapela".
Dan yang keluar Official Artapela. Pas saya liat-liat, tambah ngerasa tertarik
aja gitu. Setalah itu saya menyudahi untuk stalker Artapela karena sudah larut
malam wkwk.
Hari-hari berlalu. Dan waktu di sekolah, saya
dan teman-teman kembali membahas tentang perencanaan muncak itu. Dan saya
semakin tertarik karena teman-teman yang lain juga ikut. Tapi saya berpikir
keras bagaimana mendapatkan izin dari kedua orang tua.
Setelah pulang
sekolah, saat di ruang keluarga kakak ku berbicara bahwa ia meminta izin untuk
mendaki ke Gunung Ciremai. Orang tua pun menanyakan banyak hal kepadanya. Dari
mulai apakah fisik kamu sudah kuat untuk mendaki kesana? Dan ia pun menjawab
"siap". Karena memang kebetulan kakak ku memang suka mendaki. Lalu
ayahku bertanya lagi "dengan siapa kamu akan kesana","siapa
saja?","perempuannya banyak atau tidak"dan banyak pertanyaan
lainnya. Saat itujuga, setelah kakak ku selesai bicara, aku meminta izin untuk
mendaki ke Gunung Artapela. Aku menjelaskan secara detail. Namun orang tua ku
belum memberikan jawaban pasti apakah membolehkan atau tidak.
Banyak cara
yang saya lakukan untuk meyakinkan kedua orang tua ku. Salah satunya dengan
membawa teman ke rumah untuk menjelaskan juga kepada orang tua ku. Tidak hanya
sampai disitu, saya juga dibantu oleh kakak kelas dalam meyakinkan orang tua
ku. Dan menunjukkan bahwa kakak kelasku menjadi penanggung jawab.
Dalam
menjelaskan kepada kedua orang tua, saya tidak sedikitpun menyertakan perkataan
dusta. Karena yang saya takutkan selain mendapat dosa adalah aku takut terjadi
hal yang tidak diinginkan saat mendaki nanti.
Waktu terus berjalan, sampai tiba waktu
dimana orang tua ku memperbolehkan untuk mendaki ke Gunung Artapela. Senang
sekali rasanya. Karena ini pertama kali saya mendaki. Saya membayangkan betapa
bahagianya saya saat nanti mendaki bersama teman-temanku.
Satu hari
sebelum pemberangkatan, saya melakukan “packing” untuk menyiapkan semuanya yang
dibantu oleh kakak ku. Kebetulan waktu pemberangkatan kita sama, hanya beda
tujuan. Saat malam hari ketika saya hendak tidur, saya “memikirkan gimana sih
rasanya muncak”. Dan esoknya saya merasakan hal itu karena sudah tiba saatnya untuk Aku mendaki ke Gunung Artapela.
Ya, tanggal 22 Agustus pun tiba, saya
berangkat ke tempat kumpul pukul 11.00 yang tepatnya di Pendopo kecamatan
Banjaran. Semua telah ada disana. Sebelum pemberangkatan, Kita mengecek dulu
barang bawaan agar tidak ada yang tertinggal. Lalu setelah adzan dzuhur
berkumandang, kita sholat berjamaah di Mesjid Alun-Alun Banjaran. Pukul 14.00,
kita memulai pemberangkatan dengan mengggunakan angkutan umum yang kita sewa.
Sebelum memulai perjalanan, Kita melaksanakan do'a bersama agar dilancarkan
serta tetap ada dalam lindungan Allah S.W.T. Dari awal perjalanan, rasa senang
dalam hati sudah tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata. Di dalam mobil kita
bercanda tawa hingga raut wajah bahagia terpancar dari setiap kita. Waktu berlalu
begitu cepat, sampailah kita di tempat pemberhentian angkutan umum. Kita
diantar sampe situ. Kita mulai turun dan menurunkan seluruh barang bawaan. Lalu
kita mulai menuju Pos awal. Tempat dimana saya dan kawan-kawan menemukan banyak
orang yang akan mendaki juga. Sebelum mulai mendaki, Kita mengbrol banyak Hal
lalu melaksanakan do'a bersama sebelum pemberangkatan. Waktu terus berjalan,
tibalah saatnya kita memulai Pendakian. Awal-awal memang belum terasa lelah,
tapi semakin lama rasa lelah pun menghampiri. Tapi memang terasa sangat
menyenangkan. Berjalan bersama teman-teman sembari mengobrol Hingga bernyanyi.
Di perjalanan, kita berhenti beberapa kali. Namun, teman laki-laki saya Tidak
merasa kesal ataupun marah karena banyak berhenti. Karena mereka sudah Tau apa
resiko membawa perempuan mendaki. Ya, itu. Perjalanan terus saya nikmati. Lalu
sampailah disuatu tempat yang datar. Disana kita istirahat sambil melaksanakan
sholat ashar. Sambil minum Dan bersantai beberap saat. Lalu setelah semua
selesai, Kita melanjutkan perjalanan. Hari mulai memasuki malam, matahari
semakin terbenam, hujan pun turun. Di perjalanan Kita mendapat tantangan berupa
hujan. Jalan menjadi licin, sehingga kita sedikit kesulitan. Apalagi saya
sebagai perempuan dan Kali pertama muncak, saat hujan turun, saya merasa sedih
dan takut. Takut terjadi apa,-apa karena kondisi yang licin dan lain
sebagainya.
Malam semakin menghampiri, fisik sudah
mulai melemah. Kondisi hujan membuat badan menjadi sangat dingin, ditambah
cuaca yang memang sedang dingin. Ditengah perjalanan saya merasa pusing,
awalnya saya tidak pedulikan. Tapi semakin kesini, semakin pusing. Saya berbicara
kepada teman, Dan teman berbicara kepada Kaka kelas. Darisitu, tas Saya
langsung dibawakan oleh teman laki-laki saya. Lalu Saya berjalan didampingi
oleh teman-teman. Disitu saya merasa terharu. Karena terasa bagaimana sahabat
yang benar benar sahabat. Kebetulan waktu mendaki, Saya sedang ada pertikaian
dengan salah satu teman laki-laki saya, sebut saja dia Akya. Tapi sewaktu
mendaki, saat saya hendak berdiri ketika akan melanjutkan perjalanan, Akya
menyalurkan tangannya untuk membantu
Saya bangun. Disitu saya merasa terharu. Disitu Kita kembali baik seperti
biasa. Perjalanan dilanjtutkan, namun Kita dibagi menjadi 3 Tim. 1 Tim
mendahului melanjutkan perjalanan agar bisa mendidikan tenda.
Perjalanan
terus berlanjut, Saya terus menerus bertanya “masih jauh?” Pasti jawabannya
selalu “sebentr lagi sampe”. Padahal masih jauh. Terus begitu sampai akhirnya
sampai. Dan saya melihat tenda sudah terpasang kokoh. Lalu kita melaksanakan
sholat maghrib dan isya yang di jama'. Setelah itu Kita membereskan barang
barang untuk dimasukan ke tenda. Lakilaki
Dan perempuan dengan tenda terpisah. Setelah itu, Kita mengobrol betapa
asyiknya selama perjalanan mendaki. Kita menghabiskan cemilan cemilan yang Ada.
Sembari laki-laki memainkan gitar, Dan Kita bernyanyi bersama. Ditengah suasana
malam diatas gunung. Betapa menyenangkannya. Dan seketika Saya melihat
sekeliling, Saya takjub! Ternyata bumi Indonesia memang indah. Saya terharu
melihat keindahannya. Setelah malam semakin larut kita pun tertidur. Ditemani
dinginnya malam.
Tak terasa, malam berlalu. Saat bangun,
Kita langsung melaksanakan sholat subuh. Dan siap siap untuk melihat sunrise.
Sayang sekali, Kita melewatkan suasana itu. Lalu Kita berfoto bersama. Dan sayangnya
tidak terlihat samudra awan. Tapi tak apa, tetap menakjubkan bagi Saya. Lalu
setelah itu kami bersiap until pulang. Kami mulai berkemas. Dan setelah semua
siap, lalu ada akang-akang yang menghampiri dan berucap kepada teman saya
“kang, hayu foto bareng dulu”. Kita berfoto bersama banyak pendaki yang
kebetulan berbarengan dengan kita. Saya merasa senang sekali. Dari mulai
perjalanan sampai akhir perjalanan. Saya merasa bangga dengan bumi Indonesia
yang sangat indah. Di Alam, berbagai masalah bisa terlupakan. Di Alam,
bisingnya kota bisa terlupakan. Terimakasih Artapela, kenangan indahmu Akan
selalu terkenang indah. Semoga lain waktu saya bisa kembali.
-Cerpen By : Ghefira Salma Tsurayya
@ghefirasall_
+62822-1677-8451
0 comments:
Posting Komentar