Sabtu, 16 Mei 2020


Perkenalkan namaku Raihan Gn. Artapela adalah gunung pertama yang aku dan kelompokku daki, banyak hal yang terjadi pada saat itu. Hari itu aku berkumpul bersama teman - temanku yang berjumlah 4 orang mereka bernama Habib, Lucky, Ari, dan Adit , kami berangkat pukul 09.00 WIB dari Riung Bandung  menggunakan sepeda motor. Ketika kami hampir sampai di Gn. Artapela hal yang terduga terjadi, Lucky dan Habib hampir saja tertabrak oleh truk yang melaju kencang dari arah berlawanan ketika dia ingin menyalip truk yang berjalan lambat dijalur kami. Untung saja kedua sopir truk tersebut segera menginjak rem sehingga teman ku pun masih bisa terselamatkan.
Tapi setelah kejadian itu, Lucky yang tadinya paling bersemangat, seketika kehilangan semangatnya dan parahnya dia mengajak kami untuk kembali pulang. Hingga dengan susah payah aku dan teman – temanku yang lain membujuknya untuk melanjutkan perjalanan karena tanggung sudah pergi dan hampir sampai, masa balik dengan tangan kosong. Pada akhirnya dia mau melanjutkan perjalanan, kita sampai di pos 1 pukul 11.00 dan segera menuju ke pos untuk regestrasi agar dapat melakukan pendakian. Setelah melakukan registrasi kami pun memutuskan untuk ISOMA di mushola dekat pos 1.
Baru saja kita mau memulai pendakian pada pukul 12.30 WIB, rintik hujan mulai turun hingga kita segera menggunakan jas hujan plastik yang kami beli diperjalanan tadi. Kami pun menerobos hujan dengan maksud agar tidak terlalu sore sampai puncak. Ketika masih di trek datar aku dan beberapa temanku sudah beberapa kali terpeleset karena pijakan yang kurang mantap disebabkan kami tidak menggunakan sepatu yang seharusnya, maklum karena masih amatir jadi kami menggunakan sepatu seadanya. Sehingga tanah yang hanya licin sedikit saja bisa membuat kami mengerahkan keseimbangan semaksimal mungkin.
Tak lama kami mulai bertemu dengan trek berbukit, kami pun secara perlahan tapi pasti mulai mendaki, baru saja sampai di setenggah bukit aku sudah bisa melihat pemandangan indah di bawah sana, dan menikmati udara sekitar. Ketika aku sedang menikmati suasana aku mendengar jeritan cewek, ketika kulihat kedepan ternyata memang benar ada cewek yang hampir jatuh ke perkebunan yang berjarak 4 meter dibawahnya. Baru saja kami bergegas naik untuk membantunya, tak lama datang lelaki yang menarik tangannya hingga cewek itu bisa kembali naik. Ketika ku perhatikan dengan seksama cara dia turun, akhirnya aku tahu kenapa dia bisa sampai hampir jatuh seperti itu. Cewek itu tidak melangkahkan kaki nya tapi malah menyeret kakinya, sehingga lumpur yang disebabkan oleh hujan terbawa oleh kakinya jadi tingkat kelicinan pada pijakannya berkali - kali lipat.
Setelah bersusah payah mendaki bukit itu dan melewati jalan yang bersebelahan dengan sudut curam, akhirnya kami bertemu kembali trek datar ditempat itu kami memutuskan untuk istirahat karena kami pikir puncak sudah tak lama lagi dari tempat itu. Karena kami melihat bukit yang seperti puncak dan tidak melihat ada orang lagi setelah melewati bukit itu, tak terasa sudah sejam setengah kami istirahat ditempat itu dan setelah sholat ashar kami melanjutkan pendakian
Ketika kami sampai pada tempat yang kami kira puncak itu, rasa kaget yang kami rasakan. Ternyata itu adalah trek datar lainnya, ketika kami melewati trek itu kami baru sadar ternyata sebelah trek itu adalah kebun kentang yang baru di panen tapi masih banyak kentang yang tertingal, kami pun mengambil beberapa buah kentang yang bagus untuk dibawa menambah amunisi konsumsi, perjalanan masih panjang dan kami melewati beberapa trek yang sulit kami lalui. Walau hujan sudah reda sejak kami istirahat tadi, tapi treknya masih saja licin hingga di satu titik sebelum sampai kepuncak kami harus di bantu oleh tali untuk terus bisa mendaki. Hari semakin gelap dan tiba – tiba Ari bahunya merasa sakit karena kariel yang terlalu berat, untunglah pada saat itu kami sudah dekat dengan puncak yang sebenarnya.
Ketika sesampainya di puncak kami pun berbagi tugas, saat itu aku kebetulan dibagian mendirikan tenda. Saat tenda sudah didirikan barulah kami sadar bahwa flyshit yang kami bawa ternyata tidak sesuai dengan tendanya, pada akhirnya aku dan Lucky yang ada di bagian mendirikan tenda pun mau tidak mau memasang sebisanya. Hingga akhirnya kami semua selesai, dan lanjut makan malam. Menu makan malam kami malam itu hanya kentang bakar dari kentang yang kami bawa dari perjalan tadi dan mie, tapi sungguh terasa nikmat karena kebersamaan yang sangat terasa. 
Setelah makan kami pun bermain game bom squad hingga satu persatu dari kami mengantuk dan tidur , Habib dan Adit tidur hanya menggunakan sarung yang mereka bawa, karena mereka bersikukuh tidak mau menggunakan sleeping bag. Hingga akhirnya kedua temanku itu tidak tidur karena rasa dingin yang ditambah hujan di puncak gunung dan tenda yang bocor dikarenakan flyshit yang dipasang sebisanya. Aku baru sadar bahwa tenda sudah bocor ketika pukul 05.00 WIB, karena Habib membangunkan ku, dengan alasan untuk melihat sunrice. Tapi sayang tidak ada tanda – tanda sunrice akan terlihat, karena ketika ku keluar dari tenda hanya ada kabut yang tebal yang menghalangi pandangan. Jadi kuputuskan untuk memasak air untuk menyeduh kopi, tapi ketika kulihat persediaan kopi tinggal sedikit. Dan akhirnya temanku menceritakan bagaimana dia dan Adit kedinginan hingga tidak bisa tidur yang akhirnya tidak berhenti menyeduh kopi untuk mengurangi rasa dingin.         
Pagi itu kami semua sudah bangun dan sarapan dengan sisa mie yang kami bawa, walau kami kecewa tidak dapat melihat sunrice tapi kami tetap merasa senang bisa mendaki sampai puncak. Kami pun merencanakan untuk turun ketika sudah siang tapi ada seseorang memberitahukan kami bahwa semua kelompok yang akan turun hari itu melewati rute  kemarin yang kami lewati agar turun bersama pada pukul 09.00 WIB dan di pandu oleh tour guide, kami mengikuti perkataanya dan segera beres – beres dan bersiap turun. Pada saat waktu yang telah ditentukan, kami dan yang lainnya sudah berkumpul dan turun bersamaan.
Ternyata tingkat kelicinannya sudah bertambah lagi hingga kami tambah berhati – hati ketika turun, dan dipertengahan jalan rutenya di ubah jadi melewati trek kendaraan bermotor. Jalannya lebih jauh tapi treknya tidak terlalu terjal dan akhirnya setelah beberapa jam kami tiba dipos 1 dan lapor, setelah itu kami ketempat rental alat - alat hiking mengembalikan tenda dan sleeping bag yang kami pinjam dan pulang kerumah masing -  masing.
            2 tahun kemudian kami kembali mendaki lagi ke Gn. Artapela, hanya saja adit tidak ikut kala itu. Dengan berbekal pengalaman masing – masing karena dalam 2 tahun kami hiking ke gunung - gunung yang lain,. Dalam pendakian yang kedua tidak serepot dan sebersensasi dari pendakian pertama hingga akhirnya kami bisa melihat sunset dan sunrice dipuncak Gn. Artapela, walau beberapa orang tidak percaya yang aku ceritakan pada saat pendakian pertama karena mereka mengira aku terlalu mendramatisir. Tapi aku tidak peduli, aku akan terus mengenang momen itu dan tidak akan pernah aku lupakan, karena momen itulah aku jadi suka mendaki gunung.        

FB: Raihan Hanifan Dzulfikar
IG. Raihan Hanifan Dzulfikar                 

0 comments:

Posting Komentar