Perkenalkan namaku
Raihan Gn. Artapela adalah gunung pertama yang aku dan kelompokku daki, banyak
hal yang terjadi pada saat itu. Hari itu aku berkumpul bersama teman - temanku yang
berjumlah 4 orang mereka bernama Habib, Lucky, Ari, dan
Adit , kami berangkat pukul 09.00 WIB dari Riung Bandung menggunakan sepeda motor. Ketika kami hampir
sampai di Gn. Artapela hal yang terduga terjadi, Lucky dan Habib hampir saja
tertabrak oleh truk yang melaju kencang dari arah berlawanan ketika dia ingin
menyalip truk yang berjalan lambat dijalur kami. Untung saja kedua sopir truk
tersebut segera menginjak rem sehingga teman ku pun masih bisa terselamatkan.
Tapi setelah kejadian
itu, Lucky yang tadinya paling bersemangat, seketika kehilangan semangatnya dan
parahnya dia mengajak kami untuk kembali pulang. Hingga dengan susah payah aku
dan teman – temanku yang lain membujuknya untuk melanjutkan perjalanan karena
tanggung sudah pergi dan hampir sampai, masa balik dengan tangan kosong. Pada
akhirnya dia mau melanjutkan perjalanan, kita sampai di pos 1 pukul 11.00 dan
segera menuju ke pos untuk regestrasi agar dapat melakukan pendakian. Setelah
melakukan registrasi kami pun memutuskan untuk ISOMA di mushola dekat pos 1.
Baru saja kita mau
memulai pendakian pada pukul 12.30 WIB, rintik hujan mulai turun hingga kita
segera menggunakan jas hujan plastik yang kami beli diperjalanan tadi. Kami pun
menerobos hujan dengan maksud agar tidak terlalu sore sampai puncak. Ketika
masih di trek datar aku dan beberapa temanku sudah beberapa kali terpeleset
karena pijakan yang kurang mantap disebabkan kami tidak menggunakan sepatu yang
seharusnya, maklum karena masih amatir jadi kami menggunakan sepatu seadanya.
Sehingga tanah yang hanya licin sedikit saja bisa membuat kami mengerahkan keseimbangan
semaksimal mungkin.
Tak lama kami mulai
bertemu dengan trek berbukit, kami pun secara perlahan tapi pasti mulai
mendaki, baru saja sampai di setenggah bukit aku sudah bisa melihat pemandangan
indah di bawah sana, dan menikmati udara sekitar. Ketika aku sedang menikmati
suasana aku mendengar jeritan cewek, ketika kulihat kedepan ternyata memang
benar ada cewek yang hampir jatuh ke perkebunan yang berjarak 4 meter
dibawahnya. Baru saja kami bergegas naik untuk membantunya, tak lama datang
lelaki yang menarik tangannya hingga cewek itu bisa kembali naik. Ketika ku
perhatikan dengan seksama cara dia turun, akhirnya aku tahu kenapa dia bisa
sampai hampir jatuh seperti itu. Cewek itu tidak melangkahkan kaki nya tapi
malah menyeret kakinya, sehingga lumpur yang disebabkan oleh hujan terbawa oleh
kakinya jadi tingkat kelicinan pada pijakannya berkali - kali lipat.
Setelah bersusah payah
mendaki bukit itu dan melewati jalan yang bersebelahan dengan sudut curam,
akhirnya kami bertemu kembali trek datar ditempat itu kami memutuskan untuk
istirahat karena kami pikir puncak sudah tak lama lagi dari tempat itu. Karena
kami melihat bukit yang seperti puncak dan tidak melihat ada orang lagi setelah
melewati bukit itu, tak terasa sudah sejam setengah kami istirahat ditempat itu
dan setelah sholat ashar kami melanjutkan pendakian
Ketika kami sampai pada
tempat yang kami kira puncak itu, rasa kaget yang kami rasakan. Ternyata itu
adalah trek datar lainnya, ketika kami melewati trek itu kami baru sadar
ternyata sebelah trek itu adalah kebun kentang yang baru di panen tapi masih
banyak kentang yang tertingal, kami pun mengambil beberapa buah kentang yang
bagus untuk dibawa menambah amunisi konsumsi, perjalanan masih panjang dan kami
melewati beberapa trek yang sulit kami lalui. Walau hujan sudah reda sejak kami
istirahat tadi, tapi treknya masih saja licin hingga di satu titik sebelum
sampai kepuncak kami harus di bantu oleh tali untuk terus bisa mendaki. Hari
semakin gelap dan tiba – tiba Ari bahunya merasa sakit karena kariel yang
terlalu berat, untunglah pada saat itu kami sudah dekat dengan puncak yang
sebenarnya.
Ketika sesampainya di
puncak kami pun berbagi tugas, saat itu aku kebetulan dibagian mendirikan
tenda. Saat tenda sudah didirikan barulah kami sadar bahwa flyshit yang kami
bawa ternyata tidak sesuai dengan tendanya, pada akhirnya aku dan Lucky yang
ada di bagian mendirikan tenda pun mau tidak mau memasang sebisanya. Hingga
akhirnya kami semua selesai, dan lanjut makan malam. Menu makan malam kami
malam itu hanya kentang bakar dari kentang yang kami bawa dari perjalan tadi
dan mie, tapi sungguh terasa nikmat karena kebersamaan yang sangat terasa.
Setelah makan kami pun
bermain game bom squad hingga satu persatu dari kami mengantuk dan tidur ,
Habib dan Adit tidur hanya menggunakan sarung yang mereka bawa, karena mereka
bersikukuh tidak mau menggunakan sleeping bag. Hingga akhirnya kedua temanku
itu tidak tidur karena rasa dingin yang ditambah hujan di puncak gunung dan
tenda yang bocor dikarenakan flyshit yang dipasang sebisanya. Aku baru sadar
bahwa tenda sudah bocor ketika pukul 05.00 WIB, karena Habib membangunkan ku,
dengan alasan untuk melihat sunrice. Tapi sayang tidak ada tanda – tanda sunrice
akan terlihat, karena ketika ku keluar dari tenda hanya ada kabut yang tebal
yang menghalangi pandangan. Jadi kuputuskan untuk memasak air untuk menyeduh
kopi, tapi ketika kulihat persediaan kopi tinggal sedikit. Dan akhirnya temanku
menceritakan bagaimana dia dan Adit kedinginan hingga tidak bisa tidur yang akhirnya
tidak berhenti menyeduh kopi untuk mengurangi rasa dingin.
Pagi itu kami semua
sudah bangun dan sarapan dengan sisa mie yang kami bawa, walau kami kecewa
tidak dapat melihat sunrice tapi kami tetap merasa senang bisa mendaki sampai
puncak. Kami pun merencanakan untuk turun ketika sudah siang tapi ada seseorang
memberitahukan kami bahwa semua kelompok yang akan turun hari itu melewati
rute kemarin yang kami lewati agar turun
bersama pada pukul 09.00 WIB dan di pandu oleh tour guide, kami mengikuti
perkataanya dan segera beres – beres dan bersiap turun. Pada saat waktu yang
telah ditentukan, kami dan yang lainnya sudah berkumpul dan turun bersamaan.
Ternyata tingkat
kelicinannya sudah bertambah lagi hingga kami tambah berhati – hati ketika turun,
dan dipertengahan jalan rutenya di ubah jadi melewati trek kendaraan bermotor.
Jalannya lebih jauh tapi treknya tidak terlalu terjal dan akhirnya setelah
beberapa jam kami tiba dipos 1 dan lapor, setelah itu kami ketempat rental alat
- alat hiking mengembalikan tenda dan sleeping bag yang kami pinjam dan pulang
kerumah masing - masing.
2
tahun kemudian kami kembali mendaki lagi ke Gn. Artapela, hanya saja adit tidak
ikut kala itu. Dengan berbekal pengalaman masing – masing karena dalam 2 tahun
kami hiking ke gunung - gunung yang lain,. Dalam pendakian yang kedua tidak
serepot dan sebersensasi dari pendakian pertama hingga akhirnya kami bisa
melihat sunset dan sunrice dipuncak Gn. Artapela, walau beberapa orang tidak
percaya yang aku ceritakan pada saat pendakian pertama karena mereka mengira
aku terlalu mendramatisir. Tapi aku tidak peduli, aku akan terus mengenang
momen itu dan tidak akan pernah aku lupakan, karena momen itulah aku jadi suka
mendaki gunung.
FB: Raihan Hanifan Dzulfikar
IG. Raihan Hanifan Dzulfikar
0 comments:
Posting Komentar